Thursday, January 7, 2016

Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin

KHULAFAUR RASYIDIN
Disusun guna memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam

Disusun Oleh;
ISMI NUR LAILIL M.     (1403036075)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG


I.                  PENDAHULUAN
                    Khulafaur Rasyidin merupakan penerus serta pemegang kepemimpinan Islam setelah Rasulullah saw. wafat. Khulafaur Rasyidin mengandung makna orang-orang yang terpilih serta mendapatkan petunjuk untuk menggantikan Nabi Muhammad saw. sebagai pejuang penyiar ajaran agama Islam setelah beliau wafat. Namun, Khulafaur Rasyidin bukan sebagai nabi ataupun rasul.
                    Khalifah yang menggantikan tugas sebagai kepala pemerintahan tersebut adalah Abu Bakar As-Shiddiq r.a, Umar bin Khattab r.a, Utsman bin Affan r.a, dan Ali bin Abi Thalib r.a. Keempat khalifah tersebut dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Proses pergantian kepemimpinan dari Rasulullah saw, kepada keempat khalifah tersebut melalui proses musyawarah yang baik antara kaum Muslimin dan kaum Anshor.
Perjalanan kepemimpinan Khulafaur Rasyidin menemui banyak kendala. Namun, kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan kerja sama yang baik antara kaum muslimin. Di antara keempat khalifah tersebut, hanya Abu Bakar yang meninggal karena sakit, ketiga khalifah lainnya tewah dibunuh di medan perang.

II.                RUMUSAN MASALAH
                        A.    Apa Pengertian Khulafaur Rasyidin...?
                        B.     Bagaimana Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin...?
                        C.     Apa ‘Ibrah dari Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin...?

III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulafā’ dari Khalifah yang mempunyai makna pemimpin. Sedangkan ar-rāsyidīn mengandung makna mendapatkan petunjuk. Dari peengertian di atas, Khulafaur Rasyidin memiliki arti para pemimpin yang mendapatkan petunjuk.
Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan keputusan bersama umat Islam.
B.     Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
                  1.      Abu Bakar As-Siddiq r.a
a.       Mengenal Abu Bakar As-Siddiq r.a
Nama aslinya adalah Abdullah bin Abi Quhafah AT-Tamimi. Lahir pada 572 M di Mekah. Pada masa jahilliah, Abu Bakar bernama Abdul Kakbah. Setelah masuk Islam Nabi Muhammad saw mengganti namanya menjadi Abdullah  Abu Bakar. Namun orang-orang sering memanggilnya Abu Bakar. nama ini diberikan karena beliau adalah sahabat yang paling awal memeluk Islam. Sementara Nabi memeberikan gelar As-Siddiq, dikarenakan dia adalah orang yang membenarkan kisah Isra’ Mi’raj Nabi saw, ketika banyak penduduk Mekah mengingkarinya.
b.      Terpilihnya Abu Bakar As-Siddiq r.a
Setelah Rasulullah saw wafat, kaum muslimin dihadapkan suatu problem yang berat, karena sebelum wafat Nabi saw tidak meninggalkan pesan apapun secara langsung siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin umat. bahkan, pengurusan jenazah Nabi Muhammad saw sempat tertunda. Ditengah kekosongan pemimpin tersebut para sahabat berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah yang dipimpin oleh sahabat Nabi yaitu Saad bin Ubaidillah, tokoh termuka dari suku Khazraj.
Pada waktu itu, Saad bin Ubadah mengajukan bahwa yang dapat menggantikan Nabi saw, sebagai pemimpin umat yaitu kaum ansor, alasannya karena kaum Ansorlah yang banyak menolong Nabi saw, dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir Quraisy tentu setuju. Namun, kaum muhajirin yang diwakili Abu Bakar memeberikan usulan dengan tegas bahwa yang menggantikan kepemimpinan Rasulullah saw  dari kaum Muhajirin, alasanya Abu Bakar adalah kaum muhajirin yang pertama kali memeluk agama Islam di Mekah dan berjuang selama 13 tahun mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum Quraisy dari Mekah.
Abu Bakar mengusulkan agar mereka memilih  salah satu di antara  dua orang kaum Muhajirin yang dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun sebelum kaum Ansar merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya. Kedunya justru balik menunjuk dan memilih  Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar mengayunkan tangannya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat Abu Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah dan diikuti kaum Ansar lainnya.
Baiat Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat Muslim di Madinah dan isi dalam pembaiatannya tersebut; “saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku benar bantulah saya, kebenaran adalah suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah SWT, dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah Allah SWT, dan Rasul-Nya maka gugurlah ketaatanmu kepada saya”
c.       Kebijakan dan Strategi Abu Bakar r.a
1)      Memerangi Kaum Murtad
Di awal masa pemerintahan Abu Bakar As-Siddiq, banyak muncul berbagai macam permasalahan yang dapat mengganggu stabilitas pemerintahan Islam. Namun dalam praktiknya, Abu Bakar As-Siddiq selalu berpesan untuk tetap mengadakan pendekatan kepada masyarakat dengan cara damai, sehingga tidak terjadi perlawanan yang lebih besar. Tidak semua kaum murtad menolak pendekatan secara damai dari umat Islam. Tetapi, tidak sedikit pula yang terang-terangan menolak justru mereka mengajak perang.
Dalam usahanya memerangi kaum murtad, kaum muslimin terlibat dalam sebuah peperangan, yaitu perang Yamamah. Perang tersebut dapat dimenangkan kaum Muslimin, sehingga umat Islam berhasil memperoleh kembali kesatuan dari seluruh Jazirah Arab. Serangkaian perang yang dilakukan kaum muslimin dalam memerangi kaum murtas disebut Perang Riddah.
2)      Memberantas Nabi Palsu
Sebagian kaum murtad ada yang menerima ajakan damai dan kembali tunduk kepada hukum Islam. Namun muncul pula orsng-orang yang mengakui dirinya sebagai Nabi. Mereka adalah nabi-nabi palsu yang berusaha menghancurkan Islam. nabi-nabi palsu tersebut antara lain; Aswad al-Ansi, Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi, Malik bin Nuwairah    dan  Musailamah al-Kazzab.
3)      Kodifikasi Al-Qur’an
Pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq telah dimulai usaha untuk mengumpulkan mushaf Al-Qur’an. Pada awalnya, ayat-ayat Al-Qur’an masih dituliskan pada benda-benda yang berserakan seperti kulit, kayu, dan pelepah daun kurma. Atas nasehat Umar bin Khattab kepada Abu Bakar as-Siddiq mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut untuk dijadikan satu dalam bentuk sebuah kitab. Zaid bin Sabit sebagai pemimpin pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang masih berserakan tersebut. Hasil dari pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah selesai menjadi mushaf, kemudian disimpan oleh Khalifah Abu Bakar as-Siddiq. Setelah Khalifah Abu Bakar as-Siddiq meninggal, mushaf tersebut disimpan oleh putri dari Umar bin Khattab dan juga salah satu istri Nabi Muhammad saw.
4)      Perluasan Dakwah Islam
Khalifah Abu Bakar As-Siddiq mulai mendakwahkan ajaran Islam dalam melakukan perluasan wilayah penyebaran ajaran agama Islam yang lebih luas lagi, tiga hal yang menjadi pegangan utama para ulama saat memasuki wilayah baru diantaranya:
1)      Dianjurkan masuk Islam, maka jiwa serta hartanya akan mendapat perlindungan.
2)      Boleh tidak memeluk ajaran agama Islam, tetapi harus membayar jizyah maka jiwa dan hartanya akan dilindungi.
3)      Jika melakukan perlawanan terhadap umat Islam maka akan diperangi.
Wilayah-wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Persia dan Kerajaan Bizantium menjadi daerah-daerah yang menjadi sasaran penyebaran ajaran agama Islam. Atas dasar itu, Khalifah Abu Bakar as-Siddiq mempunyai keinginan untuk menguasai wilayah tersebut, dengan cara memerintahkan dua panglimanya yang bernama Khalid bin Walid dan Musanna bin Harisah. Pada waktu berlangsungnya perang melawan tentara Romawi Timur datang berita tentang wafatnya Abu Bakar (13 H / 634 M). Selanjutnya yang menggantikan kedudukan Abu Bakar untuk memimpin umat Islam adalah Umar bin Khattab.

                  2.      Umar bin Khattab r.a
a.       Mengenal Umar bin Khattab r.a
Umar bin Khattab adalah putra dari Nufail al-Quraisy dari suku Bani Adi, salah satu kabilah Suku Quraisy. Tidak ada yang tahu pasti kapan Umar bin Khattab dilahirkan. Ia dibesarkan layaknya anak-anak lainnya. Pada masa jahilliyah, Umar akrab dengan minuman keras dan perempuan. Selain itu, Umar sangat gigih dalam membela agama nenek moyangnya.
b.      Terpilihnya Umar bin Khattab r.a
Pada tahun 634 M, ketika rombongan kaum Muslimin sedang berdakwah menuju Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Pada saat Abu Bakar merasa dekat dengan ajalnya, ia menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikannya dan disetujui oleh sahabat-sahabat dari Muhajirin dan Ansar. Pada tahun 634 M, kaum muslimin membaiat Umar bin Khattab sebagai Khalifah.
c.       Kebijakan dan Strategi Umar bin Khattab r.a
1)      Pengembangan Wilayah Dakwah Islam
Ketika pemerintahan Umar bin Khattab, umat Islam melaksanakan perluasan wilayah kekuasaan Islam secara besar-besaran. Perluasan secara besar-besaran ini lebih dikenal dalam sejarah Islam dengan sebutan Futuhal al-Islamiyah. Wilayah Islam pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab semakin banyak dan luas, serta wilayah-wilayah di Eropa timur. Karena wilayah kekuasaan Islam semakin luas, maka untuk memudahkan pengawasan jalannya pemerintahan, Khalifah Umar bin Khattab membagi wilayah kekuasaan Islam menjadi beberapa wilayah provinsi dengan dipimpin seorang Gubernur.
2)      Menata Administrasi dan Keuangan Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, dibentuklah suatu lembaga yang diberi nama “Baitul Mal” serta “Dewan Perang”. Baitul Mal mengelola masalah yang berkenaan dengan keuangan negara, mengelola keluar masuknya keuangan mulai dari provinsi-provinsi sampai tingkat pusat, dengan pengawasan yang sangat ketat dan hati-hati. Sedangkan, Dewan Perang mengurusi masalah pencatatan administrasi militer.
Keuangan yang ada di Baitul Mal dapat digunakan untuk memberikan pembayaran gaji kepada para pegawai pemerintahan serta gaji untuk tentara, yang pembayarannya harus disesuaikan dengan pangkat dan kedudukannya. Keuangan yang ada di Baitul Mal tidak hanya untuk membayar gaji para pegawai, tetapi juga untuk memberikan santunan kepada rakyat miskin.
3)      Mengeluarkan Undang-undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khattab adalah menertibkan pemerintahan dengan mengeluarkan undang-undang. Beliau mengeluarkan kebijakan-kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual-beli, mengatur kebersihan jalan, dan lain-lain.
4)      Membagi Wilayah Pemerintahan
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, dilakukan pembagian wilayah pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai pemimpin pemerintah pusat, sedangkan di daerah dipegang oleh para gubernur yang membantu tugas pemerintahan.
5)      Membentuk Dewan
Khalifah Umar bin Khattab juga membentuk beberapa dewan, di antaranya dewan perbendaharaan negara dan dewan militer. Khalifah juga membentuk utusan kehakiman, dimana hakim yang terkenal pada waktu itu adalah Ali bin Abi Tholib dan Minadz bin Jabal.
6)      Penetapan Kalender Hijriyah
Khalifah Umar bin Khattab mempunyai pendapat sendiri untuk penetapan dimulainya kalender Islam, yaitu saat Nabi Nabi Muhammad saw. melakukan hijrah, sebab dari hijrah itulah umat Islam mengawali kemenangannya (sebagai titik balik kemenangan umat Islam).

                  3.    Utsman bin Affan r.a
a.       Mengenal Utsman bin Affan r.a
Utsman bin Affan adalah seorang saudagar yang berhasil sehingga beliau banyak mempunyai harta yang berasal dari Mekah. Hartanya banyak yang digunakan untuk mendukung dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad saw. dalam menyiarkan ajaran agama Islam. Umat Islam memberikan julukan kepada Khalifah Usman bin Affan dengan sebutan Zun Nurain yang memiliki maksud memeiliki dua cahaya.
Julukan tersebut diberikan kepada Usman bin Affan setelah beliau menikahi putri kedua dan ketiga Rasulullah saw. yaitu Ruqayah dan Ummu Kulsum. Usman bin Affan menjadi Khalifah menggantikan Umar bin Khattab, yaitu pada tahun 23 H. Usman bin Affan terpilih menjadi Khalifah atas pembicaraan enam anggota dewan yang dibentuk oleh Umar bin Khattab. Usman bin Affan ketika dipilih sebagai Khalifah berusia 70 tahun. Beliau memimpin umat Islam selama 12 tahun.
b.      Terpilihnya Utsman bin Affan r.a
Khalifah Umar bin Khattab meninggal dunia karena ditikan oleh Abu Lu’lu’ saat menjadi imam shalat subuh. Sebelum wafat Khalifah Umar membentuk dewan yang beranggotakan enam orang sahabat yang dianggap saat itu paling tinggi tingkatannya. Khalifah Umar mengadakan musyawarah di rumah Abdurrahman bin Auf, akhirnya mayoritas suara memilih Utsman bin Affan sebagai khalifah pengganti Umar bin Khattab. Utsman bin Affan dibaiat menjadi khalifah pada hari ketiga setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khattab.
c.       Kebijakan dan Strategi Utsman bin Affan r.a
1)       Pembukuan Mushaf Al-Qur’an
Usman bin Affan membentuk sebuah panitia yang akan menyusun Al-Qur’an. Kepanitiaan yang akan menyusun Al-Qur’an tersebut dipimpin oleh Zaid bin Sabit, serta beranggotakan Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris. Tugas dari panitia tersebut adalah menyalin kembali ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah kitab yang dinamakan “mushaf”. Atas kebijakan dari panitia, mushaf diperbanyak menjadi lima mushaf. Satu mushaf berada di kota Madinah, sedangkan yang empat lainnya dikirim ke berbagai wilayah-wilayah lain, yaitu ke Mekah, Suriah, Basra dan Kufah.mushaf yang tetap tinggal di Madinah dinamakan “Mushaf al-Imam” atau Mushaf Usmani.
2)      Renovasi Masjid Nabawi
Masjid Nabawi yang merupakan masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah saw. mulai di renovasi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Pada masa pemerintahan Usman bin Affan dilakukan perluasan masjid. Selain diperbaiki secara fisik atau bangunannya, masjid tersebut juga direnovasi masalah bentuk serta corak dari masjid tersebut sehingga kelihatan lebih bagus dan indah.
3)      Pembentukan Angkatan Laut
Pada waktu pemerintahan Usman bin Affan, kekuasaan Islam sudah sangat luas hingga ke Afrika, Siprus, sampai Konstantinopel. Agar wilayah-wilayah tersebut tetap dalam penjagaan serta pengawasan tentara Islam, maka Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai Gubernur Suriah mengajukan usulan untuk membentuk angkatan laut. Oleh Khalifah Usman bin Affan tersebut mendapat respons positif. Islam datang ke Indonesia juga melalui jalur laut.
4)      Perluasan Dakwah Islam
Perluasan wilayah kekuasaan Islam yang dilakukan umat Islam pada masa pemerintahan Usman bin Affan sudah sangat luas, perluasan wilayah telah sampai ke wilayah Azerbaijan yang dipimpin oleh Said bin As dan Huzaifah bin Yaman. Sedangkan wilayah lain yang berhasil dikuasai oleh pasukan umat Islam adalah wilayah Armenia yang dipimpin oleh Salam bin Rabi’ah al-Bahiy.
                  4.      Ali bin Abi Tholib r.a
a.       Mengenal Ali bin Abi Tholib r.a
Ali bin Abi Tholib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di kota Mekah sekitar tahun 600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad. Ketika lahir ibunya memberi nama Hidar yang artinya singa. Namun, ayahnya lebih suka memberi nama Ali yang artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib adalah kakak Abdullah, ayah Nabi Muhammad saw. Jadi Ali dan Nabi Muhammad saw, adalah saudara sepupu.
b.      Terpilihnya Ali bin Abi Tholib r.a
Pada akhir masa kepemimpinan Khalifah Utsman, terjadi fitnah besar di kalangan kaum Muslimin. Fitnah tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik yang dipimpin Abdullah bin Saba’. Fitnah tersebut berhasil menghasut beberapa pihak untuk memberontak dan mengatur pelengseran Khalifah Utsman bin Affan. Suatu ketika para pemberontak berhasil menyerbu rumah Khalifah Utsman bin Affan dan membunuhnya.
Setelah Khalifah Utsman meninggal, kaum muslimin meminta Ali bin Abi Tholib untuk menjadi khalifah. Akan tetapi, ada beberapa tokoh yang menolak usulan tersebut, diantarannya Muawiyyah bin Abi Sufyan. Akhirnya, Ali bin Abi Tholib tetap diangkat menjadi khalifah meskipun ada berberapa kalangan yang tidak bersedia mengakuinya.
c.       Kebijakan dan Strategi Ali bin Abi Tholib r.a
1)      Mengganti pejabat pemerintahan yang kurang cakap
Khalifah Ali bin Abi Talib banyak mengganti para pejabat yang kurang cakap dalam bekerja. Ali bin Abi Talib menginginkan bentuk sebuah pemerintahan yang efektif serta efisien.
2)      Membenahi keuangan negara (Baitul Mal)
Para pejabat yang digantikan oleh Khalifah Ali bin Abi Talib ternyata banyak mendapatkan harta kekayaannya dengan cara yang tidak benar menurut agama. Oleh Khalifah Ali bin Abi Talib, harta-harta yang diperoleh para pejabat pemerintahan yang digantikannya tersebut disita, kemudian diserahkan kepada Baitul Mal untuk dikelola dengan sebaik-baiknya.
3)       Memajukan ilmu bahasa
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, mulai dikembangkan ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa Arab. Dengan pembelajaran ilmu nahwu tentunya banyak manfaatnya, diantaranya orang-orang non-Arab dapat mempelajari Al-Qur’an dan hadis dengan baik dan benar, karena kedua sumber hukum Islam tersebut menggunakan bahasa Arab.
4)       Memajukan pembangunan
Fokus pembangunan yang pertama kali dilakukan oleh Khalifah Ali bin Abi Talib adalah membangun Kota Kufah. Banyak ahli sejarah yang mengatakan bahwa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin adalah kepemimpinan yang paling mendekati tipe kepemimpinan Rasulullah saw. dalam memimpin umat Islam dan pemerintahan Islam.

C.    ‘Ibrah Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Dari perjalanan kepemimpinan yang dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin, kita sebagai umat Islam dapat mengambil beberapa pelajaran atau ibrah yang sangat berharga untuk kehidupan umat Islam. Khalifah Abu Bakar as-Siddiq merupakan sosok pemimpin yang tegas serta teguh dalam menjalankan kebenaran. Kita dapat pula mencontoh terhadap Khalifah Umar bin Khattab sebagai peletak dasar-dasar demokrasi dalam Islam.
Usman bin Affan dalam memimpin umat Islam selalu menyelesaikan permasalahn dengan mengutamakan pendekatan secara persuasif. Khalifah yang terakhir, Ali bin Abi Talib, dalam kepemimpinannya selalu bersikap tegas, disiplin, serta memiliki watak yang agak keras ketika harus membela sebuah kebenaran. Dari Khulafaur Rasyidin dengan berbagai prestasi-prestasinya, kita dapat mengambil suatu hikmah atau ibrah yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kepentingan masa sekarang dan juga untuk masa yang akan datang, antara lain:
1.      Umat Islam hendaknya selalu menjadikan Nabi Muhammad saw. sebagai figur panutan dalam segala urusan kehidupan.
2.      Umat Islam hendaknya dapat menjaga persatuan dan kesatuan.
3.      Umat Islam diharapkan selalu memiliki semangat kerja dan etos kerja yang tinggi, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Khulafaur Rasyidin dalam mengemban amanat untuk menyiarkan ajaran agama Islam.


IV.             PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulafā’ dari Khalifah yang mempunyai makna pemimpin. Sedangkan ar-rāsyidīn mengandung makna mendapatkan petunjuk. Dari peengertian di atas, Khulafaur Rasyidin memiliki arti para pemimpin yang mendapatkan petunjuk.
Kepemimpinan keempat Khalifah dalam Khulafaur Rasyidin berbeda satu sama lain. Abu Bakar as-Siddiq lebih mengedepankan kelembutan dan ketegasan, walaupun suasana pemerintahan sedang kacau. Sikap yang seperti ini diperlukan ketika mendapatkan permasalahan dalam jalannya pemerintahan.
Umar bin Khattab selalu bersikap tegas, cerdas, serta harus mementingkan kepentingan rakyatnya. Untuk membangun dasar-dasar negara yang kuat serta memiliki corak masyarakat uang Islami, dibutuhkan seorang pemimpin yang cerdasdalam menjalankan pemerintahannya.
Usman bin Affan seorang pemimpin Islam yang memiliki sifat saleh, penyantun, serta selalu sabar dalam menghadapi persoalan. Sifat serta karakteristik seperti Usman bin Affan sangat diperlukan dalam membangun masyarakat yang santun serta saleh sehingga negara dapat memakmurkan rakyatnya.
Pada masa kepemimpinan Ali bin Abi Talib mengalami kondisi negara yang kacau. Pada kondisi ini, dibutuhkan pemimpin yang memiliki sikap tegas persoalan serta selalu mengutamakan kebenaran. Karakter yang seperti itu ada pada diri Khalifah Ali bin Abi Talib, beliau tegas dalam membela kebenaran seperti apa yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab.

B.     KATA PENUTUP
Demikian makalah ini saya buat, semoga dapat memberikan manfaat kepada kita semua, dan dapat memberikan suatu pemahaman kepada pemakalah secara khususnya. Sekian dari saya  apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini atau dalam pemahamannya, dimohon kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan. Dari saya mohon maaf yang sebesar-besarnya dan atas perhatian pembaca saya ucapkan terima kasih.


No comments:

Post a Comment