Wednesday, December 30, 2015

Seminar, Simposium, Diskusi Panel dan Lokal Karya

Nama                          : Ismi Nur Lailil M.
NIM                            : 1403036075
Mata Kuliah              : Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu      : Agus Sutyono M.Ag



SEMINAR, SIMPOSIUM, DISKUSI PANEL DAN
 LOKAL KARYA

I. SEMINAR
A. Pengertian
Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, walaupun topik yang dibahas adalah masalah sehari-hari. Dalam membahas masalah, tujuannya adalah mencari suatu pemecahan, oleh karena itu suatu seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan resolusi atau rekomendasi.
Pembahasan dalam seminar berpangkal pada makalah atau kertas kerja yang telah disusun sebelumnya oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang diminta oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok-pokok bahasan yang diminta oleh suatu penitia penyelenggara. Pokok bahasan yang telah ditentukan, akan dibahas secara teoritis dan dibagi menjadi beberapa sub pokok bahasan bila masalahnya sangat luas.
 Pembahasan dalam seminar memakan waktu yang lebih lama karena sifatnya yang ilmiah. Apabila para pembicara tidak dapat mengendalikan diri biasanya waktu banyak dipergunakan untuk pembahasan yang kurang penting. Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan kelompok yang menguasai persoalan sehingga penyimpangan dari pokok persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini dapat diatasi bila setiap kali ketua sidang menyimpulkan hasil pembicaraan sehingga apa yang akan dibicarakan selanjutnya sudah terarah.

B. Penggunaan Seminar
Seminar akan efektif bila:
1. Tersedia waktu yang cukup untuk membahas persoalan.
2. Problema sudah dirumuskan dengan jelas.
3. Para peserta dapat diajak berfikir logis.
4. Problema memerlukan pemecahan yang sistematis.
5. Problema akan dipecahkan secara menyeluruh.
6. Pimpmnan sidang cukup terampil dalam mcnggunakan metode ini.
7. Kelompok tidak terlalu besar sehingga memungkinkan setiap peserta mengambil bagian dalam berpendapat.

C. Kelebihan dan kelemahan :
a. Kelebihan :
1. Membangkitkan pemikiran yang logis.
2. Mendorong pada analisa menyeluruh.
3. Prosedurnya dapat diterapkan untuk berbagai jenis problema.
4. Membangkitkan tingkat konsentrasi yang tinggi pada diri peserta.
5. Meningkatkan keterampilan dalam mengenal problema.
b. Kelemahan :
1. Membutuhkan banyak waktu.
2. Memerlukan pimpinan yang terampil.
3. Sulit dipakai bila kelompok terlalu besar.
4. Mengharuskan setiap anggota kelornpok untuk mempelajari terlebih dahulu.
5. Mungkin perlu dilanjutkan pada diskusi yang lain.

II. SIMPOSIUM
A. Pengertian
Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang pemimpin. Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik yang sama. Dapat juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi atas beberapa aspek, kemudian setiap aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari berbagai sudut pandangan.
Pembicara dalam simposium terdiri dari pembicara (pembahas utama) dan penyanggah (pemrasaran banding), dibawah pimpinan seorang moderator. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat setelah pembahas utama dan penyanggah selesai berbicara. Moderator hanya mengkoordinasikan jalannya pembicaraan dan meneruskan pertanyaan-pertanyaan, sanggahan atau pandangan umum dari peserta. Hasil simposium dapat disebar luaskan, terutama dari pembahas utama dan penyanggah, sedangkan pandangan-pandangan umum yang dianggap perlu saja.

B. Penggunaan Simposium
Simposium dapat digunakan :
1. Untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu topik tertentu.
2. Jika kelompok peserta besar.
3. Kalau kelompok membutuhkan keterampilan yang ringkas.
4. Jika ada pembicara yang memenuhi syarat (ahli dalam bidang yang disoroti).

C. Kelebihan dan Kelemahan :
a. Kelebihan :
1. Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
2. Dapat mengemukakan informnasi banyak dalam waktu singkat.
3. Pergantian pembicara menambah variasi dan sorotan dari berbagai segi akan menjadi sidang lebih menarik.
4. Dapat direncanakan jauh sebelumnya.
b. Kelemahan :
1. Kurang spontanitas dan kneatifitas karena pembahas maupun penyanggah sudah ditentukan.
2. Kurang interaksi kelompok.
3. Menekankan pokok pembicaraan.
4. Agak terasa formal.
5. Kepribadian pembicara dapat menekankan materi.
6. Sulit mengadakan kontnol waktu.
7. Secara umum membatasi pendapat pembicara.
8. Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan yang tepat.
9. Cenderung dipakai secara berlebihan.

III. DISKUSI PANEL
A. Pengertian
Panel merupakan salah satu bentuk diskusi yang sudah direncanakan tentang suatu topik di depan para pengunjung. Diskusi panel dibawakan oleb 3 - 6 orang yang dianggap ahli yang dipimpin oleh seorang moderator.
Pelaksanaan panel dimulai dari perkenalan para panelis oleh moderator, kemudian disampaikan persoalan umum kepada para panelis tersebut, untuk didiskusikan. Mereka seharusnya adalah orang-orang yang pandai berbicara dengan lancar dan menarik. Moderator juga memegang penanan dalam diskusi ini, sebagai pengatur jalannya pembicaraan dengan sekali-kali menyimpulkan apa yang dikemukakan oleh para panelis. Perbedaan pendapat tidak menjadi persoalan, karena pada diskusi panel tidak perlu dicapai suatu kesatuan pendapat atau keputusan.
Bahkan perbedaan pendapat itulah yang diharapkan dapat memberikan stimulus bagi pendengar untuk dapat berpikir lebih jauh. Pendengar tidak hanya akan menelan pesan yang sudah jadi, melainkan dapat mengikuti proses pemikiran para panelis jalannya diskusi. Setelah diskusi selesai, pendengar dapat membentuk kelompok-kelompok untuk mendiskusikannya lebih lanjut. Akan tetapi selama diskusi panel, pendengar tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pandangan.

B. Penggunaan Panel
Anda dapat menggunakan panel kalau :
1. Ingin mengemukakan pandapat yang berbeda-beda.
2. Ingin memberi stimulus para pendengar akan adanya suatu persoalan yang perlu dipecahkan.
3. Ada panelis yang memenuhi syarat.
4. Pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam kelompok itu.
5.Ingin mengajak pendengar melihat “ke dalam” tetapi tidak menginginkan tanggapan secara verbal.
6. Ada moderator yang cakap, yang dapat menguasai segala aspek dan persoalan yang dibicarakan.

C. Kelebihan dan Kelemahan :
a. Kelebihan :
1. Mudah tersesat bila moderator tidak terampil.
2. Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.
3. Tidak memberi kesempatan peserta untuk berbicara.
4. Cenderung menjadi serial pidato pendek.
5. Membutuhkan persiapan yang cukup masak. 
b. Kelemahan :
1. Membangkitkan pikiran.
2. Mengemukakan pandangan yang berbeda-beda.
3. Mendorong ke analisis lebih lanjut.
4. Memanfaatkan para ahli untuk berpendapat dan proses pemikirannya dapat membelajarkan orang lain.

IV.  LOKAL KARYA 
      A.    PENGERTIAN
Lokakarya (Inggris: workshop) adalah suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya.Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil.
Lokakarya adalah program pendidikan dan pelatihan yang padat dan singkat. Pemimpin lokakarya memberi tugas kepada peserta yang harus dikerjakan pada waktu itu juga. Kegiatan lokakarya identik dengan seminar yaitu suatu pertemuan ilmiah untuk membahas masalah tertentu oleh para pakar dalam bidang tertentu pula
Perbedaan mendasar antara lokakarya dengan seminar hanya menekankan pada hasil yang didapat dari lokakarya menjadi sebuah produk yang dapat digunakan peserta lokakarya dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan seperti seminar kali ini adalah hanya sebagai pencetus ide yang jika tepat dapat ditindak lanjuti dan jika tidak dapat digunakan bahan pemikiran dan acuan berfikir bagi kalangan pendidik di masa yang akan datang. Karna ada kalanya suatu pemikiran yang baik membutuhkan momen yang tepat bagi pelaksanaannya. Hal tersebut tergantung pada permasalahan yang ditimbulkan oleh pemikiran tersebut.  

B. Pelaksanaan Lokal Karya
     a. Merumuskan tujuan workshop (output yang akan dicapai).
     b. Merumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara terperinci.
     c. Menentukan prosedur pemecahan masalah.

C. Kelebihan dan Kelemahan Lokal Karya 
      a. Kelebihan Lokakarya
1. Peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam tentang masalah yang dibahas.
2. Peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya.
3. Peserta dibina untuk bersikap dan berfikir secara ilmiah, Terpupuknya kerja sama antar peserta, Terhubungnya lembaga pendidikan dan masyarakat.
       b. Kelemahan Lokakarya
1. Memerlukan persiapan yang relatif lama.
2. Memerlukan tenaga dan biaya yang besar.
3. Melibatkan banyak orang sehingga menyita waktu guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelasnya.
4. Menimbulkan banyak pro dan kontra sehingga menimbulkan potensi konflik di antara pengamat pendidikan dan pelaksana kebijaksanaan. 




Dinamika Studi Islam di Dunia

DINAMIKA STUDI ISLAM DI DUNIA

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu : Fichris Sa’adah S.Ag, M.Ag



Di Susun Oleh :
Ø Ismi Nur Lailil M.          (1403036075)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014/2015



I.                  PENDAHULUAN
Studi Islam sesungguhnya merupakan bidang kajian yang cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama Islam. Studi Islam dalam pengertian ini adalah studi Islam secara praktek. Tetapi studi Islam sebagai sebuah ilmu yang tersusun secara sistematis, ilmiah dan dibangun sebagai sebuah ilmu yang mandiri baru muncul dalam beberapa dekade belakangan.
Islam merupakan agama Allah yang diturunkan melalui Nabi Muhammad  SAW. Dengan Al-qur’an sebagai pedomannya untuk mengarahkan kepada seluruh umat manusia ke jalan yang sebenarnya yang di ridhoi oleh Allah SWT.                      
Dalam Dinamika Islam di Dunia, sebelumnya ajaran Islam masuk di Indonessia (dulu Hindia Belanda), masyarakatnya menganut kepercayaan Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha. Agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Selat Malaka dan Sumatera, selanjutnya menyebar ke pulau-pulau lainnya di Nusantara melalui dakwah

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah yang dimaksud Dinamika Studi Islam.....?
B.     Bagaimana Dinamika Studi Islam di Barat.....?
C.     Bagaimana Dinamika Studi Islam di Timur.....?
D.    Bagaimana Dinamika Studi Islam di Indonesia.....?

III.           PEMBAHASAN 
A.               Pengertian Dinamika Studi Islam
Dinamika ajaran Islam ini dapat dipahami dari ungkapan Sir Muhammad Iqbal, berpendapat bahwa: “The Prophet of Islam seems to stand between the ancient and the modern world. In so far as the source of his revelation is concerned he belongs to the ancient world, in so far as the spirit of his revelation is concerned he belongs to the world”[1]
Studi Islam sebagai sebuah praktek sesungguhnya sudah berlangsung semenjak awal pertumbuhan Islam, yakni pada masa hidup Nabi Muhammad SAW. Apa yang dilakukan oleh Nabi bersama para Sahabatnya dari waktu ke waktu merupakan bentuk studi Islam yang sesungguhnya. Mereka melakukan dan mempraktekkan studi Islam dalam makna yang sesungguhnya. Namun demikian, apa yang tengah berlangsung pada masa Nabi tersebut belum bisa disebut studi Islam sebagai sebuah disiplin keilmuan yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Titik tekan mereka memang lebih pada mengenal, memahami, dan meneladani ajaran Islam dari perilaku Nabi Muhammad SAW.

B.        Dinamika Studi Islam di Barat
Studi Islam di Barat pada bagian ini secara sederhana dikelompokkan menjadi dua bagian :
1.      Membahas tentang sejarah dan dinamika perkembangan studi islam di negeri Barat yang dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia beserta beberapa tokoh yang memiliki peran penting.
2.      Kondisi studi Islam di beberapa universitas di negeri Barat.
Ditinjau dari perspektif sejarah, studi yang dilakukan oleh orang Indonesia di Barat sudah berlangsung cukup lama. Namun demikian, fokus studi yang dilakukan belum menyentuh secara langsung dalam bidang kajian Islam. Dalam catatan Harry A.Poeze, mahasiswa Indonesia pertama yang melakukan studi di Barat, yaitu di Leiden Belanda, adalah Raden Mas Ismangoen Danoewinoto. Namanya tercatat sebagai mahasiswa pada badan yang berafiliasi dengan universitas Rijksinstelling tot opleiding van Indische bertuursambtennaren pada tanggal 26 September 1871.[2]
Studi di Barat yang dilakukan pada masa itu lebih dilatar belakangi oleh kepentingan politis pemerintahan kolonial Belanda. Munculnya kebijakan politis ini tidak bisa dilepaskan dari pemikiran Snouck Hurgronje yang mengusulkan agar masyarakat Indonesia yang secara keseluruhan berakar kuat pada adat istiadat, akan mengikuti jalan yang ditempuh oleh para pemimpin tradisional mereka, yakni kelompok aristrokat dan bangsawan. Kelompok inilah yang memperoleh fasilitas kemudahan menempuh studi di Barat, khususnya Belanda.[3] Dengan studi di negara Belanda, mereka diharapkan akan menjadi pengikut setia Belanda, dan mengembangkan rasa kesetiaannya ini kepada masyarakat patronnya. Sebab, kemajuan pendidikan yang mereka peroleh merupakan bentuk kebaikan yang diberikan oleh pemerintah Belanda, sehingga mereka tidak akan mengkhianti pemerintahan yang telah membiayai, lalu mengangkatnya sebagai pegawai pemerintahan.
Seiring dengan perkembangnya zaman, studi ke negara Barat terus berkembang. Studi yang dilakukan oleh orang Indonesia mengambil konsentrasi bidang ekonomi, politik, pemerintahan dan belum ada yang mengambil fokus khusus studi Islam.[4] Fokus studi Islam baru mulai dilakukan setelah Indonesia merdeka, dan orang Indonesia yang pertama kali melakukan studi Islam di Barat adalah Muhammad Rasjidi.
Selain orang-orang Indonesia yang melakukan studi Islam di berbagai universitas di Barat, aspek penting yang perlu memperoleh perhatian adalah deskripsi studi Islam di negara-negara Barat. Di negara-negara Barat, studi Islaam berkembang dengan bervariasi.
Dengan demikian, sesungguhnya kajian Islam yang dilakukan di Barat sudah berlangsung cukup lama. Jika mencermati pada dinamika dan perkembangan yang terjadi, studi Islam di Barat semenjak abad ke-19 hingga sekarang ditandai oleh paling tidak tiga model pendekatan. Pertama, studi Islam dengan pendekatan filologis. Kedua, studi Islam dengan pendekatan ilmiah. Ketiga, studi Islam dengan pendekatan fenomenologi-interpretatif.
Adapun aspek yang dikritik adalah; pertama, kajian-kajian tentang Islam yang dilakukan di Barat cenderung bersifat esensialis. Kedua, kajian-kajian tentang Islam di Barat di motivasi oleh kepentingan-kepentingan politis. Ketiga, kajian-kajian tentang Islam di Barat merupakan upaya untuk melestarikan kebenaran-kebenaran.[5]
Studi Islam di Barat memang sarat dengan dinamika. Ada nilai lebih, dan juga kekurangannya. Sebagaimana studi dalam bidang apapun dan dimanapun juga, tidak ada yang sempurna. Semuannya tetap membuka peluang untuk terus menerus diperbaiki dari waktu ke waktu. Namun demikian, harus diakui bahwa studi Islam di Indonesia, khususnya di PTAI, banyak dipengaruhi oleh model dan paradigma yang dikembangkan oleh para alumni Barat.

C.       Dinamika Studi Islam di Timur
Hampir sama dengan yang terjadi di Barat, studi Islam di negeri-negeri Timur Tengah juga bervariasi. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan. Ini merupakan hal yang wajar karena karakteristik studi Islam dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantarannya faktor kebijakan politik, dinamika sosial budaya, latar belakang pemegang kebijakan pendidikan, perkembangan ekonomi, dan berbagai faktor lainnya.
Di Universitas Teheran Iran, misalnya ada ruangan khusus yang menyimpan naskah-naskah kuno, yang ditulis oleh para pemikir klasik dan ditulis dalam bahasa Persia.
Di Universitas Damaskus Syria, yang memiliki banyak fakultas umum, studi Islam ditampung dalam Kulliatu al-Syari’ah.
Di Aligarch University India, studi Islam dibagi dua. Pertama, Islam sebagai dokrin dikaji dalam fakultas Ushuluddin yang mempunyai dua jurusan, yaitu ; jurusan Madzhab Ahli Sunnah dan Syi’ah. Kedua, Islam sebagai sejarah dikaji pada fakultas Humaniora dalam jurusan Islamic Studies.
Di Universitas Islam Internasional Malaysia, program studi Islam berada di bawah Kulliyah of Revealed Knowledge and Human Sciene (Fakultas Ilmu Kewahyuan dan Ilmu Kemanusiaan).
Di Universitas al-Azhar Mesir, yang menjadi imam bagi IAIN dari segi metodologi menedekati Islam, paling kurang pada awal-awalnya studi Islam telah berubah bentuk pengorganisasiannya. Al-Azhar sampai tahun 1961 memiliki fakultas-fakutas seperti yang dimiliki IAIN. Setelah tahun 1961, al-Azhar tidak tidak lagi membatasi diri pada fakultas-fakultas agama, tetapi juga membuka fakultas-fakultas lain ada di Kairo dan didaerah-daerah yang mempunyai program khusus untuk wanita dan laki-laki.
Di daerah-daerah, seperti di al-Suyut ada fakultas Ushuluddin, Dakwah, Syari’ah wa al-Huquq, Bahasa Arab, Kedokteran, dan Farmasi. Di Zarkasyi ada Fakultas Ushuluddin, Dakwah, dan Bahasa Arab. Di Tanta ada Fakultas Ushuluddin, Dakwah, dan Syari’ah wa al-Huquq. Di al-Mansyurah ada Fakultas Ushuluddin, Dakwah, Bahasa Arab dan sebagainya.[6]
Dapat kita simpulkan bahwa studi Islam di Timur Tengah, sebagaimana studi Islam di Barat dan berbagai negara-negara lainnya, juga tidak seragam. Ada karakteristik yang khas dari masing-masing negara, dan juga perguruan tinggi. Hal ini menjadikan kekayaan warna dalam studi Islam di masing-masing lembaga dan negara. Konstruksi semacam ini justru akan semakin memperkaya warna Studi Islam.

D.       Dinamika Studi  Islam di Indonesia
Studi Islam di Indonesia sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Namun demikian, format, orientasi, dinamika, dan perkembangannya terus berkembang. Islam masuk ke Indonessia pada Abad ke-7 M, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Da’i yang datang ke Indonesia berasal dari Jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan Bangsa India, yakni Gujarat dan juga China. Kedatangannya melalui berbagai arah, khususnya dari Jalur Sutra (Jalur Perdagangan).
T.W. Arnold berpendapat dalam buku The Preaching of Islam; a History of The Propagation of The Muslim Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (abad ke-7 M).
Proses masuknya Islam ke Indonesia pada umumnya berjalan dengan damai. Sangat sedikit penyebaran Islam yang harus diwarnai dengan cara-cara kekerasan, karena jalan dakwah yang ditempuh para mubaligh dihalang-halangi. Hal itu terjadi karena situasi dan kondisi. Agama Islam juga mudah diterima oleh masyarakat dan cepat berkembang dalam penyebarannya dan penyampaiannya.
            Secara umum Studi Agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur-jalur perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, politik, dan kesenian.
Ø  Agama Islam pada Jalur Perdagangan
            Awalnya, proses dakwah islam adalah melalui jalur perdagangan, lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M, membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagiian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur Benua Asia.
Ø  Agama Islam pada Jalur Perkawinan
Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan dan lebih cepat dalam penyebaran agama Islam.
Ø  Agama Islam pada Jalur Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran (cara dan sebagainya) untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Orang yang ahli di bidang ilmu tasawuf disebut sufi.
Ø  Agama Islam pada Jalur Pendidikan
Ajaran-ajaran agama Islam juga melalui jalur pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang digunakan dan diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai dan ulama’. Hingga kini, perkembangan pondok-pondok pesantren terus mengalami kemajuan dalam berkontribusi dalam pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan islam.
Ø  Agama Islam pada Jalur Kesenian
Penyebaran nilai-nilai ajaran Agama Islam dilakukan oleh para Wali Songo, saluran nilai-nilai ajaran agama islam melalui kesenian paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dengan sabar, sedikit demi sedikit Wali Songo memasukkan nilai-nilai ajaran islam ke dalam unsur-unsur lama yang sudah berkembang, metode ini biasa disebut dengan metode sinkritis.
Ø  Agama Islam pada Jalur Politik
Di beberapa daerah di Indonesia, kebanyakan dari rakyatnya memeluk Islam setelah penguasa atau rajanya memeluk Islamterlebih dahulu. Pengaruh politik sangat membantu tersebarnya Islam di Nusantara.
Di samping iti, kerajaan-kerajaan yang sudah memeluk Islam aktif melakukan dakwah kepada kerajaan-kerajaan non-Islam. Keagungan kerajaan Islam secara politis menarik penduduk kerajaan non-Islam dan akhirnya memeluk Islam.
Ø  Penyebaran Islam melalui Jalur Kekuasaan
Proses penyiaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya melalui kekuasaan politik. Cara tersebut mempercepat meluasnya ajaran islam. Sebelum Islam dipeluk secara luas, perkembangan Islam mulanya terjadi hanya di kota-kota pelabuhan. Selanjutnya, secara perlahan-perlahan agama Islam mulai dipeluk para penguasa pelabuhan lokal.
Islam telah memberikan identitas baru sebagai simbol perlawanan terhadap penguasa pusat yang tidak berlaku beik kepada rakyatnya,. Berangkat dari kerajaan kecil berbasis maritim, kemudian agama Islam berkembang dan menyebar lebih luas sampai jauh ke pedalaman.
Sebagai tindak lanjut dari hasil tersebut, ditunjuklah Harun Nasution untuk menulis materinya. Buku Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya dan buku Pembaharuan dalam Islam merupakan dua buku pengantar studi Islam yang menandai babak baru dalam studi Islam di Indonesia, khususnya di IAIN. Buku yang pertama memberikan gambaran secara utuh tentang studi Islam serta cabang-cabang Ilmu yang dapat dikembangkan didalamnya, yaitu : Islam ditinjau dari sudut Sejarah, Politik, Filsafat, Pranata, dan sebagainya.
Buku ini merupakan sebuah pengantar yang cukup baik dari sisi cakupan materi studi  Islam. Sedangkan buku yang kedua menerangkan bahwa Ilmu yang dikembangkan oleh studi Islam itu tidak statis atau mati, tetapi terus berkembang hingga zzaman modern sekarang ini.[7]        Deskripsi tersebut menunjukkan bahwa Studi Islam di Indonesia seelalu dinamis, berkembang, dan mengalami perubahan demi kontekstualisasi dengan realita yang ada. Ada beberapa hal sebagai gejala yang baru dalam studi Islam yang penting untuk diperhatikan. Diantaranya sebagai berikut;
1.      Pendekatan yang beragam dalam memahami keislaman
2.      Pengenalan terhadap berbagai pandangan dan argumen yang berkembang dalam tradisi keislaman.
3.      IAIN dan STAIN telah memantapkan diri menjadi institusi akademik.
4.      Sebagai centre of exellence bagi pendidikan dan penelitian Islam di Indonesia.
Studi Islam hanya akan eksis di masa depan jika studi Islam tidak dimaksudkan sebagai bentuk perumusan ideologi diskursif, tetapi studi Islam benar-benar berangkat dari persoalan sosial masyarakat lain pada umumnya. Studi Islam dengan demikian, merupakan responnya sejarah. Persoalan sosial Intelektual adalah rumusan-rumusan pandangan keislaman yang secara jelas masih mengandung persoalan didalam masyarakat sehingga tidak menyelesaikan berbagai problem sosial keagamaan yang ada dan telah dihadapi masyarakat. Sementara itu, persoalan sosial keagamaan adalah problem-problem keagamaan faktual di masyarakat yang senyatanya membutuhkan uluran tangan dalam bentuk kerangka solusi dari kalangan intelektual.[8]
            Studi Islam di Indonesia masih dalam perkembangan untuk mencari format yang lebih baik. Berbagai usaha dan pemikiran untuk membangun studi Islam yang produktif memang harus terus menerus di usahakan agar studi Islam memiliki konstribusi konkret dalam menjawab kebutuhan yang ada. Sebab, studi Islam yang terlepas, atau tidak memiliki kaitan secara langsung dengan konteks kehidupan umat Islam, akan kehilangan relevansinya.
         

IV.           KESIMPULAN
Mempelajari tentang Dinamika Islam di Dunia sangatlah penting bagi pembelajran kita di masa sekarang ini, adapun pembelajaran Dinamika Islam di Barat. Pembelajaran di negara Barat Membahas tentang sejarah dan dinamika perkembangan studi islam di negeri Barat yang dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia beserta beberapa tokoh yang memiliki peran penting. Dan Kondisi studi Islam di beberapa universitas di negeri Barat.
Selain pembelajaran di Dinamika Islam di Barat juga ada pembelajaran Dinamika Islam di wilayah Timur Tengah mempelajari berbagai faktor, diantarannya faktor kebijakan politik, dinamika sosial budaya, latar belakang pemegang kebijakan pendidikan, perkembangan ekonomi, dan berbagai faktor lainnya. Dengan menggunakan syariat Islam yang benar dan baik, serta beberapa universitas yang andil di dalamnya.
Dan selain pembelajaran Dinamika Islam di negara Barat dan Timur juga ada Dinamika Islam di Indonesia, dinamika dalam negara Indonesia sangan memperhatikan kondisi dan strateginnya, pertama yang mengajarkannya dari para pendakwah, Islam masuk ke Indonesia dalam pembelajarannya melalui jalur-jalur, jalur tesebut dapat kita paparkan seperti; jalur perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, politik, dan kesenian. Dalam Dinamika Islam di Dunia ini sangat penting kita pahami agar tidak ada problematika dengan negara-negara lainnya. Menjadi negara yang berilmu dan saling membantu antara yang lainnya.

V.               PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat memberikan manfaat kepada kita semua, dan dapat memberikan suatu pemahaman kepada pemakalah secara khususnya.
Sekian dari kami apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini atau dalam pemahamannya, dimohon kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhka.
Dari kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan atas perhatian pembaca kami ucapkan terima kasih.

VI.           DAFTAR PUSTAKA

Sir Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam. (New Delhi-India: Lahoti Fine Art Press Sui Walan, 1981),
Harry A. Poeze, “Orang-orang Indonesia di Universitas Leiden,” dalam W.A.L Stokhof dan N,J,G Kaptein (reduktur), Beberapa Kajian Indonesia dan Islam, (Jakarta: INIS, 1990).
Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, terj. Ihsan Ali-Fauzi, (Bandung: Mizan,1998).

Muhammad Hatta, Memoir, (Jakarta: Yayasan Hatta, 2002)

Azyumardi Azra, “Studi Islam di Timur dan di Barat: Pengalaman Selintas,” Ulumul Qur’an, No.3, Vol.5, 1994.

M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Cet.III, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).

Lukman S. Thahir, Studi Islam Interdisipliner, (Yogyakarta: Qirtas, 2004)

Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam. Agustus, 2009.

















[1] Sir Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam. (New Delhi-India: Lahoti Fine Art Press Sui Walan, 1981), hlm:126.
[2] Harry A. Poeze, “Orang-orang Indonesia di Universitas Leiden,” dalam W.A.L Stokhof dan N,J,G Kaptein (reduktur), Beberapa Kajian Indonesia dan Islam, (Jakarta: INIS, 1990), hal: 2.
[3] Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, terj. Ihsan Ali-Fauzi, (Bandung: Mizan,1998), hal: 87.
[4] Muhammad Hatta, Memoir, (Jakarta: Yayasan Hatta, 2002)
[5] Azyumardi Azra, “Studi Islam di Timur dan di Barat: Pengalaman Selintas,” Ulumul Qur’an, No.3, Vol.5, 1994, hal; 9.
[6] M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Cet.III, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal: 27-29.
[7] Lukman S. Thahir, Studi Islam Interdisipliner, (Yogyakarta: Qirtas, 2004), hal 5-7
[8] Ibid, hal; 352.