Saturday, October 1, 2016

Pengertian, Tujuan, Prinsip Pengembangan Kurikulum


 
Nama  : Ismi Nur Lailil M.
NIM    :1403036075
Makul  : Pengembangan Kurikulum
Dosen  : Dr. H. Abdul Rohman, M.Ag


SOAL
1.      Kurikulum memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan (baca:pembelajaran) (Zais, 1972 ; Oliva, 2010). Kemana arah pendidikan itu bisa dilihat dari kurikulumnya (Beauchamp, 1995). Apa yang anda pahami dengan kurikulum ?
2.      Dari waktu ke waktu, kurikulum selalu dievaluasi dan disesuaikan dengan zaman. Dalam konteks sistem persekolahan di Indonesia, kurikulum sudah berkali-kali mengalami perubahan. Mengapa demikian? Jelaskan !
3.      Sebagai rencana atau sebagai dokumen (writen curiculum), kurikulum akan sangat ditentukan oleh implementasinya (Sanjaya, 2009). Guru bisa berperan dalam pengembangan kurikulum baik pada tahap desain, implementasi maupun evaluasi. Dalam implementasi, faktor guru memiliki peran yang sangat penting (Sukmadinata, 2010). Jelaskan peran guru dalam pengembangan kurikulum!
4.      Ketika kurikulum dikembangkan harus memperhatikan minimal 5 prinsip. Jelaskan secara singkat prinsip-prinsip tersebut !
5.      Dalam pengembangan kurikulum, ada beberapa komponen yang harus dilihat. Zais (1972;439) mengidentikasinya ke dalam : (1) aims, goals, objectives;(2) content (3) learning activites; (4) evaluation. Jelaskan bagaimana tata hubungan komponen-komponen tersebut (dilengkapi dengan gambar) !
6.      Bila anda sebagai seorang kepala sekolah/madrasah atau sebagai guru yang ditunjuk sebagai ketua tim pengembang kurikulum, jelaskan langkah-langkah bagaimana mengembangkan kuikulum sekolah/ madrasah sehingga kurikulumnya bisa diterapkan di lembaga tersebut.!

JAWAB.!
1.      Kurikulum adalah program pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. (Miswari, Pengembangan Kurikulum, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015)
2.      Kurikulum di Indonesia hingga telah mengalami beberapa kali perubahan sejak Kemerdekaan negeri ini, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan ideologi, politik (salah satunya estafet Jabatan Menteri Pendidikan), sosial budaya, dan sains yang kian berkembang. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Dimana sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Sehingga kurikulum yang berisi pada tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.Faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum pada setiap zaman adalah karena adanya perluasan dan pemerataan kesempatan belajar kemudian peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan zaman, relevansi pendidikan serta efektifitas dari efisiensi pendidikan.

3.      Peran guru dalam pengembangan kurikulum menggunakan tiga pengembangan yaitu;
a.       Pengembangan kurikulum sentralistik (administrative model).
Kurikulum yang dikembangkan sentralistik, guru tidak terlibat secara langsung dalam perancangan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro. Kurikulum makro dilakukan oleh tim khusus yang terdiri dari para ahli, pejabat terkait, teoritisi, praktisi, policy maker, dan lain-lain. Guru terlibat dalam penyusunan kurikulum mikro yang dijabarkan dari kurikulum makro untuk jangka waktu tertentu, satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari. Keterlibatan guru dalam kurikulum makro bersifat perwakilan, tidak semua guru terlibat dalam proses tersebut.
Pada tahapan implementasi, justru gurulah yang memiliki posisi kunci. Guru memiliki peran yang sangat penting untuk kesuksesan pelaksanaan kurikulum. Kreativitas, kemampuan, kesungguhan, dan ketekunan guru akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Bila dikaitkan dengan komponen kurikulum, guru diharapkan mampu menjelaskan kepada siswa-siswanya tentang apa yang akan dicapai dalam pembelajaran (tujuan), guru harus bisa membantu mengarahkan siswa memilih pengalaman belajar (learning experience) yang diperlukan oleh siswanya, guru harus bisa memilih strategi pembelajaran yang mampu mengkondisikan siswa untuk belajar secara bersemangat, guru juga harus bisa membantu siswa untuk mengevaluasi pengalaman belajarnya.
b.      Pengembangan kurikulum desentralistik (grassroot model)
Berbeda dengan kurikulum sentralistik, kurikulum ini dikembangkan dengan inisiasi dari bawah. Guru, sekolah atau daerah menjadi motor dalam proses pengembangan kurikulum. Karena dikembangkan oleh guru atau kelompok guru, suatu sekolah atau sekelompok sekolah, daerah atau sekelompok daerah, maka mereka mengembangkan sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, perkembangan masing-masing. Karena karakteristik yang demikian, maka kurikulum akan beragam sesuai dengan keperluan masing-masing, kurikulum akan lebih realistik karena dikembangkan berdasarkan kondisi riil masing-masing site.
c.       Pengembangan kurikulum sentral-desentralistik
Dalam pengembangan kurikulum model ini, peran pusat dan daerah memiliki porsi yang seimbang. Pusat merumuskan hal-hal yang bersifat umum yang berlaku untuk semua daerah, sedangkan detailnya diserahkan pada daerah sesuai memiliki karakteristik masing masing; guru memiliki peran yang lebih banyak dibandingkan model sentralisitik. Guru menjabarkan secara lebih detail dan operasional dari kurikulum makro yang telah dikembangkan oleh pusat. Hal ini karena pusat hanya merumuskan garis-garis besar, garis-garis pokok yang berlaku utnuk semua daerah, sedangkan operasionalisasinya diserahkan kepada masing-masing daerah sesuai dengan karakteristik masing-masing.
(Abdul Rohman. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015).

4.      Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997), kurikulum dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip;
1)      Prinsip relevansi, kurikulum dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan potensi anak didik, perkembangan IPTEK, dan perkembangan kebutuhan masyarakat.
2)      Prinsip fleksibilitas, kurikulum dikembangkan secara fleksibel dan bersifat luwes dalam pelaksanaannya, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, tempat, waktu, dan latar belakang peserta didik yang selalu berkembang.
3)      Prinsip kontinuitas, kurikulum yang dikembangkan harus memiliki kesinambungan dari jenjang pendidikan terbawah dengan jenjang pendidikan diatasnya, serta dengan jenis pekerjaan yang diinginkan.
4)      Prinsip efisiensi, kurikulum dikembangkan dengan mendayagunakan durasi/waktu, biaya, dan lain sebagainya secara efektif dan efisien agar mendapat hasil yang maksimal.
5)      Prinsip efektivitas, kurikulum dikembangkan dengan cara yang tepat agar mencapai tujuan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

5.      Menurut Zais Komponen Pengembangan Kurikulum


 









Tata Hubungan Komponen-komponen tersebut adalah;
a.       Tujuan (aims, goals, and objectivies)
Tujuan, komponen tujuan berkaitan dengan sasaran yang akan dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan. Tujuan sebagai komponen pertama yang harus diperhatikan dalam kurikulum dan tujuan sebagai pedoman bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Berkenaan dengan tujuan ini ada beberapa istilah yaitu: aims, goals dan objective. Ketiga istilah tersebut mempunyai arti yang sama yaitu tujuan yang hendak dicapai dari pendidikan / kurikulum itu sendiri. Namun dalam istilah khusus, ketiganya memiliki tempat atau posisi dan sifat yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu ketiganya jugamemiliki hubungan dan atau kesinambungan yang akurat antara aims dengan goals, antara goals dengan objective, dan antara objective dengan aims.
Aims adalah tujuan pendidikan/kurikulum ideal secara umum atau luas dan bersifat jangka panjang serta berada pada level nasional. Aims ini memiliki cakupan yang luas yang harus ditempuh melalui tujuan pada level institusional dan level implementasi di kelas. Goals adalah tujuan pendidikan/ kurikulum ideal yang sifatnya berjangka menengah/ sedang dan berada pada level institusional. Biasanya goals ini tersirat dalam visi dan misi dari lembaga pendidikan atau satuan pendidikian itu sendiri. Masing-masing satuan pendidikan memiliki visi dan misi yang hendak dicapai dengan seperangkat program atau kurikulum yang disediakan. Tentu saja, program yang disediakan sudah dengan sendirinya mengacu pada aims. Objectives adalah tujuan pendidikan/ kurikulum yang bersifat jangka pendek dan berada pada level kelas yang tertuang dan terjabarkan dalam tujuan mata pelajaran (program).
Tujuan yang terdapat dalam objective ini mengacu dan bersandar pada goals dan aims. Biasanya istilah yang lazim dipergunakan adalah kompetensi. Dari ketiga penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa antara aims, goals dan objective ini memiliki hubungan yang erat yang harus mampu diterjemahkan dan diimplementasikan secara utuh dan menyeluruh. Tujuan yang tersebut dalam objective tidak boleh lepas dari goals dan aims sebagai perwujudan dan kerangka dari pencapaian tujuan pendidikan.
b.      Isi atau materi (content)
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktifitas dan kegiatan-kegiatan siswa.
c.       Proses belajar mengajar (learning activities)
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran sangat penting, oleh sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan kurikulum itu tidak mungkin dapat dicapai.
d.      Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah proses untuk menentukan tingkat perubahan-perubahan perilaku yang terjadi selama proses pendidikan dengan menggunakan beberapa standar penilaian baik pada proses (pelaksanaan rencana) maupun hasil belajar yang dapat dijadikan sebagai informasi untuk bahan pengambilan keputusan dalam merumuskan umpan balik.


6.      Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum
1)      Perumusan tujuan
     Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan harapan. Oleh karena itu tujuan di rumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri serta ilmu pengetahuan.
2)     Menentukan isi
     Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan di peroleh siswa selama mengikuti pendidikan. Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
3)      Memilih kegiatan
     Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan  tujaun dan pengalaman-pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.
4)      Merumuskan evaluasi 
            Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di jelaskan di muka. Evaluasi perlu di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di lakukan secara terus menerus. (Drs. Mohammad Ali . pengembangan Kurikulum di sekolah. 1992.)


No comments:

Post a Comment