Nama : Ismi Nur Lailil M.
NIM :1403036075
Makul : Pengembangan Kurikulum
Dosen : Dr. H. Abdul Rohman, M.Ag
|
SOAL
1.
Kurikulum memiliki peran yang sangat penting
dalam pendidikan (baca:pembelajaran) (Zais, 1972 ; Oliva, 2010). Kemana arah
pendidikan itu bisa dilihat dari kurikulumnya (Beauchamp, 1995). Apa yang anda
pahami dengan kurikulum ?
2.
Dari waktu ke waktu, kurikulum selalu dievaluasi
dan disesuaikan dengan zaman. Dalam konteks sistem persekolahan di Indonesia,
kurikulum sudah berkali-kali mengalami perubahan. Mengapa demikian? Jelaskan !
3.
Sebagai rencana atau sebagai dokumen (writen
curiculum), kurikulum akan sangat ditentukan oleh implementasinya (Sanjaya,
2009). Guru bisa berperan dalam pengembangan kurikulum baik pada tahap desain,
implementasi maupun evaluasi. Dalam implementasi, faktor guru memiliki peran
yang sangat penting (Sukmadinata, 2010). Jelaskan peran guru dalam pengembangan
kurikulum!
4.
Ketika kurikulum dikembangkan harus
memperhatikan minimal 5 prinsip. Jelaskan secara singkat prinsip-prinsip
tersebut !
5.
Dalam pengembangan kurikulum, ada beberapa
komponen yang harus dilihat. Zais (1972;439) mengidentikasinya ke dalam : (1) aims,
goals, objectives;(2) content (3) learning activites; (4) evaluation.
Jelaskan bagaimana tata hubungan komponen-komponen tersebut (dilengkapi
dengan gambar) !
6.
Bila anda sebagai seorang kepala
sekolah/madrasah atau sebagai guru yang ditunjuk sebagai ketua tim pengembang
kurikulum, jelaskan langkah-langkah bagaimana mengembangkan kuikulum sekolah/
madrasah sehingga kurikulumnya bisa diterapkan di lembaga tersebut.!
JAWAB.!
1.
Kurikulum adalah program pembelajaran yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. (Miswari, Pengembangan
Kurikulum, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015)
2.
Kurikulum di Indonesia hingga telah mengalami
beberapa kali perubahan sejak Kemerdekaan negeri ini, yaitu pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan ideologi, politik (salah
satunya estafet Jabatan Menteri Pendidikan), sosial budaya, dan sains yang kian
berkembang. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat.
Kurikulum dapat
dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Dimana sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Sehingga kurikulum
yang berisi pada tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di
masyakarakat.Faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum pada setiap zaman
adalah karena adanya perluasan dan pemerataan kesempatan belajar kemudian
peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan zaman, relevansi pendidikan
serta efektifitas dari efisiensi pendidikan.
3.
Peran guru dalam pengembangan kurikulum
menggunakan tiga pengembangan yaitu;
a.
Pengembangan
kurikulum sentralistik (administrative model).
Kurikulum
yang dikembangkan sentralistik, guru tidak terlibat secara langsung dalam
perancangan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro. Kurikulum makro
dilakukan oleh tim khusus yang terdiri dari para ahli, pejabat terkait,
teoritisi, praktisi, policy maker, dan lain-lain. Guru terlibat dalam
penyusunan kurikulum mikro yang dijabarkan dari kurikulum makro untuk jangka
waktu tertentu, satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari. Keterlibatan guru dalam
kurikulum makro bersifat perwakilan, tidak semua guru terlibat dalam proses
tersebut.
Pada
tahapan implementasi, justru gurulah yang memiliki posisi kunci. Guru memiliki
peran yang sangat penting untuk kesuksesan pelaksanaan kurikulum. Kreativitas,
kemampuan, kesungguhan, dan ketekunan guru akan sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan kurikulum. Bila dikaitkan dengan komponen kurikulum, guru
diharapkan mampu menjelaskan kepada siswa-siswanya tentang apa yang akan
dicapai dalam pembelajaran (tujuan), guru harus bisa membantu mengarahkan siswa
memilih pengalaman belajar (learning experience) yang diperlukan oleh
siswanya, guru harus bisa memilih strategi pembelajaran yang mampu
mengkondisikan siswa untuk belajar secara bersemangat, guru juga harus bisa
membantu siswa untuk mengevaluasi pengalaman belajarnya.
b.
Pengembangan
kurikulum desentralistik (grassroot model)
Berbeda
dengan kurikulum sentralistik, kurikulum ini dikembangkan dengan inisiasi dari
bawah. Guru, sekolah atau daerah menjadi motor dalam proses pengembangan
kurikulum. Karena dikembangkan oleh guru atau kelompok guru, suatu sekolah atau
sekelompok sekolah, daerah atau sekelompok daerah, maka mereka mengembangkan
sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, perkembangan masing-masing. Karena
karakteristik yang demikian, maka kurikulum akan beragam sesuai dengan
keperluan masing-masing, kurikulum akan lebih realistik karena dikembangkan
berdasarkan kondisi riil masing-masing site.
c.
Pengembangan
kurikulum sentral-desentralistik
Dalam
pengembangan kurikulum model ini, peran pusat dan daerah memiliki porsi yang
seimbang. Pusat merumuskan hal-hal yang bersifat umum yang berlaku untuk semua
daerah, sedangkan detailnya diserahkan pada daerah sesuai memiliki
karakteristik masing masing; guru memiliki peran yang lebih banyak dibandingkan
model sentralisitik. Guru menjabarkan secara lebih detail dan operasional dari
kurikulum makro yang telah dikembangkan oleh pusat. Hal ini karena pusat hanya
merumuskan garis-garis besar, garis-garis pokok yang berlaku utnuk semua
daerah, sedangkan operasionalisasinya diserahkan kepada masing-masing daerah
sesuai dengan karakteristik masing-masing.
(Abdul Rohman. Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktek, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015).
4.
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Menurut
Nana Syaodih Sukmadinata (1997), kurikulum dikembangkan berdasarkan pada
prinsip-prinsip;
1) Prinsip
relevansi, kurikulum dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan potensi anak didik,
perkembangan IPTEK, dan perkembangan kebutuhan masyarakat.
2)
Prinsip fleksibilitas, kurikulum dikembangkan secara
fleksibel dan bersifat luwes dalam pelaksanaannya, menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi, tempat, waktu, dan latar belakang peserta didik yang selalu
berkembang.
3)
Prinsip kontinuitas, kurikulum yang dikembangkan harus
memiliki kesinambungan dari jenjang pendidikan terbawah dengan jenjang
pendidikan diatasnya, serta dengan jenis pekerjaan yang diinginkan.
4)
Prinsip efisiensi, kurikulum dikembangkan dengan
mendayagunakan durasi/waktu, biaya, dan lain sebagainya secara efektif dan
efisien agar mendapat hasil yang maksimal.
5)
Prinsip efektivitas, kurikulum dikembangkan dengan
cara yang tepat agar mencapai tujuan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya.
5. Menurut
Zais Komponen Pengembangan Kurikulum
Tata Hubungan Komponen-komponen
tersebut adalah;
a.
Tujuan
(aims, goals, and objectivies)
Tujuan, komponen tujuan
berkaitan dengan sasaran yang akan dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan.
Tujuan sebagai komponen pertama yang harus diperhatikan dalam kurikulum dan
tujuan sebagai pedoman bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Berkenaan
dengan tujuan ini ada beberapa istilah yaitu: aims, goals dan objective. Ketiga
istilah tersebut mempunyai arti yang sama yaitu tujuan yang hendak dicapai dari
pendidikan / kurikulum itu sendiri. Namun dalam istilah khusus, ketiganya
memiliki tempat atau posisi dan sifat yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Selain itu ketiganya jugamemiliki hubungan dan atau kesinambungan yang
akurat antara aims dengan goals, antara goals dengan objective, dan antara
objective dengan aims.
Aims adalah tujuan
pendidikan/kurikulum ideal secara umum atau luas dan bersifat jangka panjang
serta berada pada level nasional. Aims ini memiliki cakupan yang luas yang
harus ditempuh melalui tujuan pada level institusional dan level implementasi
di kelas. Goals adalah tujuan pendidikan/ kurikulum ideal yang sifatnya
berjangka menengah/ sedang dan berada pada level institusional. Biasanya goals
ini tersirat dalam visi dan misi dari lembaga pendidikan atau satuan pendidikian
itu sendiri. Masing-masing satuan pendidikan memiliki visi dan misi yang hendak
dicapai dengan seperangkat program atau kurikulum yang disediakan. Tentu saja,
program yang disediakan sudah dengan sendirinya mengacu pada aims. Objectives
adalah tujuan pendidikan/ kurikulum yang bersifat jangka pendek dan berada pada
level kelas yang tertuang dan terjabarkan dalam tujuan mata pelajaran
(program).
Tujuan yang terdapat dalam
objective ini mengacu dan bersandar pada goals dan aims. Biasanya istilah yang
lazim dipergunakan adalah kompetensi. Dari ketiga penjelasan di atas dapat kita
simpulkan bahwa antara aims, goals dan objective ini memiliki hubungan yang
erat yang harus mampu diterjemahkan dan diimplementasikan secara utuh dan
menyeluruh. Tujuan yang tersebut dalam objective tidak boleh lepas dari goals dan
aims sebagai perwujudan dan kerangka dari pencapaian tujuan pendidikan.
b. Isi
atau materi (content)
Isi kurikulum merupakan
komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa.
Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap
mata pelajaran yang diberikan maupun aktifitas dan kegiatan-kegiatan siswa.
c.
Proses
belajar mengajar (learning activities)
Komponen ini merupakan
komponen yang memiliki peran sangat penting, oleh sebab berhubungan dengan
implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus dan idealnya tujuan yang harus
dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan kurikulum itu
tidak mungkin dapat dicapai.
d.
Evaluasi
(evaluation)
Evaluasi adalah proses untuk
menentukan tingkat perubahan-perubahan perilaku yang terjadi selama proses
pendidikan dengan menggunakan beberapa standar penilaian baik pada proses
(pelaksanaan rencana) maupun hasil belajar yang dapat dijadikan sebagai
informasi untuk bahan pengambilan keputusan dalam merumuskan umpan balik.
6.
Langkah-langkah
Pengembangan Kurikulum
1)
Perumusan
tujuan
Tujuan di
rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan
harapan. Oleh karena itu tujuan di rumuskan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri serta ilmu pengetahuan.
2) Menentukan
isi
Isi kurikulum
merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan di peroleh siswa selama
mengikuti pendidikan. Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajari mata
pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai
dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
3)
Memilih
kegiatan
Organisasi dapat
di rumuskan sesuai dengan tujaun dan pengalaman-pengalaman belajar yang
menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.
4)
Merumuskan
evaluasi
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di
jelaskan di muka. Evaluasi perlu di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai
dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di lakukan
secara terus menerus. (Drs. Mohammad Ali . pengembangan Kurikulum di sekolah.
1992.)
No comments:
Post a Comment